He Always Cares

"Yah, kog gerimis?"



Siang yang tadinya cerah mendadak menjadi muram. Langit diwarnai semburat kelabu. 

Jadilah siang itu, di hari yang "hectic", aku menyempatkan diri ke sebuah toko alat tulis langgananku di kota Jogja. Hari itu, setiap detik rasanya sangat berarti sehingga menyempatkan diri ke toko tersebut untuk membeli pulpen menjadi sebuah waktu yang sangat berharga.

"Tuhan, jangan hujan dong, nanti sepatuku basah. Aku ga akan sempat pulang ke rumah dulu, nih."



"Nah, pas banget!" teriakku girang saat aku sampai di depan toko. Segera kuparkir si merah, motor kesayanganku dan bergegas masuk. Setengah jam kedepan aku terbius dengan keanekaragaman barang-barang yang ada di toko tersebut, mulai dari buku catatan, krayon, sampai pulpen seharga 728 ribu rupiah lengkap dengan sertifikatnya. Setelah mendapatkan yang kubutuhkan, dengan riang gembira aku menuju meja kasir dan menyerahkan barang belanjaanku. 


Tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh.


"Ya ampun, hujan deras!" 



Ya, hujan deras diluar sana. Aku segera berpikir keras. "Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?" Tidak banyak waktu lagi, dengan mantap akhirnya kuputuskan untuk kembali ke rumah menerobos derasnya hujan. Sepatu basah adalah resiko dan aku siap menukarnya dengan sandal lalu segera tancap gas menuju kampus kembali. 




"Tapi, tunggu!"



"Dimana kartu pengambilan barangku?"

Nah, ajaibnya kartu pengambilan barang itu menghilang. 

"Bagus sekali," ujarku kesal sambil menelusuri rute perjalananku di dalam toko mencari kartu yang hilang tersebut. Lima belas menit kedepan, kartu itu tidak ada dimanapun. Bahkan aku sudah bertanya kepada beberapa pegawai tapi kartu itu tetap tidak ditemukan.



Menyerah!!!
Akhirnya dengan lesu aku berkata kepada petugas di tempat pengambilan barang bahwa kartuku hilang dan sudah siap dengan segala resikonya.

"Mbak, sudah coba tanya ke kasir?"

Aku berjalan gontai ke kasir dan bertanya tentang kartu no 19-ku yang hilang tersebut, dan ADA!!!

"Fiuuhhh," aku bernafas lega, mengambil tasku dan berjalan keluar toko. Betapa terkejutnya aku mendapati hujan sudah berhenti.




Hari itu, tidak setetes airpun membasahi sepatuku.
Aku tahu ada seorang Pribadi yang sudah mengatur hal itu. 
Ia dengan usilnya membuatku melupakan dan menghilangkan kartu pengambilan barang serta membuatku berputar-putar mencarinya untuk mengulur waktu agar tepat saat Ia selesai menghentikan hujan, aku bisa pulang dengan baju dan sepatu yang kering.

Alam semesta tidak berputar dengan sendirinya. Alam semesta diatur oleh Pribadi tersebut. Kejadian unik hari itu bukan suatu kebetulan. Ia mengaturnya karena Ia peduli.

Jika ia peduli dengan doa kecilku yang bagi sebagian orang terdengar konyol, maka aku yakin, Ia juga peduli dengan hidupmu...




Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7)

Esther Irma E.
20 Juni 2014
21:00 WIB


Comments